
Foto: Amy Winehouse musisi jazz asal London
Dewandistorsi.com, Jakarta – 23 Juli 2025, genap 14 tahun sudah dunia musik internasional kehilangan salah satu sosok musisi berbakat, Amy Winehouse. Yang sangat disayangkan, di masa-masa akhir karirnya, nama besar penyanyi asal Inggris ini rusak karena gaya hidupnya yang rock and roll, salah satunya, ketergantungannya terhadap alkohol.
Mengenal musik
Amy Jade Winehouse, lahir di kota Enfield, London, Inggris pada 23 September 1983. Perkenalan Amy terhadap musik dimulai dari orang tuanya. Di masa kecilnya, ayahnya, Mitchell Winehouse, sering kali “mencekoki” lantunan jazz milik Frank Sinatra, bahkan Amy mengaku sering melantunkan “Fly Me To The Moon” saat dia sedang di sekolah, khususnya ketika ia disuruh “menghadap” ke ruangan kepala sekolahnya.
Ketika usianya menginjak 9 tahun, nenek Amy, Cyntia, menyarankan agar Amy dimasukkan ke sebuah sekolah teater, untuk mengasah vokalnya. Saat mulai beranjak dewasa, Amy mulai berulah. Di usia 14 tahun, Amy dikeluarkan dari sebuah sekolah teater, dengan alasan “tidak bersungguh-sungguh,” namun, menurut Amy, ia dikeluarkan karena memasang tindikan di hidungnya. Sejak itu, Amy sering berpindah-pindah sekolah, hingga akhirnya ia putus sekolah di usia 16 tahun.
Di fase remajanya ini, Amy mengenal gitar. Ia sering kali memainkan gitar milik Alex, kakak laki-lakinya, hingga akhirnya ia berkeinginan untuk memiliki gitar sendiri. Setelah itu, Amy mulai tertarik bergabung sebagai vokalis di sebuah band lokal, Bolsha. Pada tahun 2000, Amy didaulat menjadi penyanyi utama di National Youth Jazz Orchestra. Dalam mengolah vokalnya, Amy banyak dipengaruhi oleh musisi-musisi jazz senior, Frank Sinatra, Dinah Washington, Sarah Vaughan, dan penyanyi soul kondang asal Amerika, Minnie Ripperton.
Karir profesional
Di tahun 2002, Amy mulai mengukir karir profesionalnya. Ia menjadi penyanyi reguler di sebuah klub, yang khusus untuk kalangan elit di London, bernama Cobden. Di tahun ini juga Amy mulai mendapatkan kontrak profesionalnya dengan 19 Management dengan bayaran awal sebesar £250 per pekan.
Kiprah Amy, yang mulai mencuat di skena lokal sekitaran London, mulai terdengar ke telinga salah seorang pencari bakat dari Island Records, Darcus Beese. Setelah berbulan-bulan mencari, Darcus akhirnya bertemu dengan Amy, yang langsung diboyong untuk bertemu dengan boss dari Island Records. Saat itu, Amy telah merilis beberapa lagu hasil kerjasamanya dengan produser Salaam Remi, yang juga dikenal memproduseri Alicia Keys dan Fergie.
Amy akhirnya bisa merilis album perdananya di tahun 2003 di bawah naungan Island Records. Album debut itu diberi judul Frank, yang merujuk kepada legenda Jazz idolanya, Frank Sinatra. Penjualan album ini mencapai lebih dari 1 juta copy di seluruh penjuru Inggris Raya, dan kemudian mendapatkan sertifikat triple platinum dari asosiasi penjualan industri rekaman musik raksasa di Inggris, British Phonographic Industry. Dia pantas berbangga hati karena dia juga ikut menulis lagu dan aransemen musik di album ini.
Pada acara festival Glastonbury tahun 2004, Amy akhirnya tampil di panggung Jazz World. Setelah itu, ia juga diundang tampil di festival Montreal Jazz International.
Prestasi cemerlang
Oktober 2006, Amy merilis album ke dua, yang diberi judul Back to Black. Menariknya, proses pembuatan album yang berisi 11 materi lagu ini hanya memakan waktu 5 bulan, dengan arahan dari produser Salaam Remi, dan Mark Ronson.
Back to Black menjadi sukses besar dalam karir Amy di kancah musik internasional, di mana tercatat sebagai salah satu Penjualan Album Terbaik Sepanjang Masa, yang secara resmi tercatat telah terjual 10 juta copy di seluruh dunia, dengan klaim penjualan sebanyak 20 juta copy, dan sekaligus menjadi Album dengan Penjualan Terbaik sepanjang sejarah di Inggris.
Album ini menguasai tangga lagu Album (musik -red.) se-Inggris Raya, dan bertahan selama 2 pekan, pada Januari 2007. Bahkan, Rehab, yang merupakan salah satu lagu jagoan di album ini dinobatkan sebagai “lagu terbaik 2007” oleh majalah Time. Dalam upaya promo album barunya ini, Amy sempat tampil sepanggung bersama band legendaris Rolling Stone dalam festival Isle of Wight, di Kepulauan Wight, Inggris.
Pada tahun yang sama, Amy merilis debut DVD konsernya, I Told You I Was Trouble: Live in London. Kontennya berupa penampilan Amy saat menggelar konser di Sheperd’s Bush Empire, dan juga dokumenter perjalanan karir profesional Amy di dunia musik. Tahun 2007 memang bisa dikatakan sebagai tahun yang sibuk bagi Amy, karena banyaknya permintaan naik panggung di berbagai acara festival musim, termasuk di festival Glastonbury 2007, dan Lollapalooza 2007, di Chicago, Amerika Serikat.
Yang sangat mengejutkan adalah dalam acara Grammy Awards ke 50, yang diselenggarakan pada tahun 2008, Amy mencatatkan namanya dalam sejarah, di usianya yang belum genap 25 tahun, sebagai salah satu artis wanita pertama yang memenangkan 5 penghargaan Grammy dalam semalam, dan tercatat dalam Guiness Book of Records sebagai wanita asal Inggris pertama yang memenangkan 5 penghargaan bergengsi di dunia musik, yaitu Artis Pendatang Baru Terbaik, Album Pop Vokal Terbaik, sementara 3 penghargaan diberikan untuk lagunya, Rehab, yaitu Lagu Terbaik, Lagu Rekaman Terbaik, dan Penampilan Penyanyi Wanita Terbaik.
Kehancuran karir
Ironis, Amy Winehouse justru mengatakan bahwa penulisan materi lagu di album ke dua-nya itu memang sebagian besar berkaitan dengan hiruk-pikuk hubungan asmaranya dengan sang kekasih, Blake Fielder-Civil. Perpisahan singkat mereka memacu Amy untuk menulis lagu dengan nuansa rasa bersalah, kesedihan yang mendalam, perselingkuhan, dan trauma dalam hubungan asmara.
Sejumlah sumber menyebutkan Amy sudah menjalani hubungan (asmara -red.) tak sehat dengan Blake sejak tahun 2005, yang membuatnya mulai mengalami bulimia dan kecanduan berat terhadap alkohol, hingga gangguan mental. Di masa-masa ini Amy juga mulai mengkonsumsi heroin dan kokain, hingga ketergantungan, yang akhirnya memaksa Amy harus menjalani proses rehabilitasi berulang kali.
Sejumlah media massa mulai menyerang personalnya. Amy pernah di-cap sebagai diva rendah hati yang bermulut kotor. Ia dinilai sedang mengalami fase problematik perempuan muda, dengan bakat yang belum matang, dan tak mampu menahan diri. Visa Amy juga pernah dicekal saat akan melakukan perjalanan, dan tampil di pergelaran Grammy di Amerika Serikat, karena tak lolos uji narkoba.
Disoraki saat konser
Di Birmingham, Inggris, pada November 2007, Amy Winehouse membuka rangkaian tur 17 kota dengan tampil National Indoor Arena. Pada konser ini, riuh penonton mencemooh penampilan Amy yang tampil di bawah pengaruh alkohol, tak sedikit pula penonton yang memilih meninggalkan area konser lebih awal. Dikutip dari surat kabar lokal Birmingham, salah seorang penonton yang hadir mengklaim konser itu sebagai momen paling menyedihkan, di mana ia melihat artis yang sangat bertalenta menangis sambil mengumpat ke penonton.
Konser Amy di Rock in Rio festival di Lisbon, Portugal, tahun 2008 juga menjadi salah satu yang menuai kritik. Amy beberapa kali terdengar seperti “kehilangan” suaranya, dan tampil sempoyongan. Salah seorang fans Amy menyayangkan aksinya menenggak red wine berkali-kali di atas panggung.
Pada Mei 2009, Amy tampil di festival jazz di negara kepulauan Saint Lucia, sisi timur Pulau Karibia. Tampil saat hujan deras, konser ini diwarnai sejumlah keluhan penonton yang “kegerahan” melihat performa Amy di atas panggung. Ia kesulitan mengingat lirik lagunya sendiri, dan berdiri sempoyongan. Ia pun kemudian meminta maaf kepada penonton, lalu mengakhiri konsernya di tengah-tengah lagu.
Januari 2011, Amy tampil di Florianopolis, Brazil. Lagi-lagi ia kembali lupa dengan lirik lagunya, dan tercatat 2 kali “kabur” dari panggung selama ± 5 menit. Namun saat ia kembali, para penonton menunjukkan rasa simpatinya dan memuji Amy yang (bisa -red.) melanjutkan penampilannya. Saat tampil di Dubai, pada bulan berikutnya, Amy memangkas durasi konsernya, karena mendapatkan cemoohan dari penonton. Dalam sebuah keterangan, Amy dilaporkan tampil tak maksimal karena kelelahan, tidak fokus, dan dalam kondisi mabuk.
Puncaknya adalah rangkain tur Amy Winehouse ke 12 kota di Eropa. Penampilannya di Belgrade, Serbia, pada 18 Juni 2011 dalam kondisi teler berat, yang membuatnya beberapa kali “tumbang” di atas panggung. Saat itu, Amy, yang terlihat sangat berjuang untuk tampil konsisten, malah kesulitan mengingat lirik lagunya. Akibatnya, penonton kembali melontarkan cemoohan karena kecewa dengan penampilan Amy. Salah seorang pejabat kementerian Serbia bahkan ikut mengomentari konser Amy sebagai sebuah hal yang sangat memalukan dan mengecewakan.
Para penggemar Amy mulai mengkritik tim manajemen, yang dianggap terlalu mementingkan konser demi keuntungan finansial, dibandingkan mengutamakan kondisi kesehatan sang artis. Para fans ini menganggap rangkaian tur konserlah yang membuat kondisi Amy semakin memburuk.
Pasca kejadian memalukan di Serbia, Amy membatalkan jadwal konsernya di Istanbul, Turki, dan Athena, Yunani, yang telah dijadwalkan pada pekan berikutnya. Belakangan, pihak manajemen mengumumkan telah membatalkan seluruh agenda konsernya, dan memberi kesempatan kepada Amy untuk menata kesehatannya. Sangat disayangkan, karir musisi yang sangat berbakat dan cemerlang diakhiri dengan sebuah konser yang penuh nuansa kekecewaan.
Kematian
Meski sering tampil mengecewakan, para penggemarnya cukup terpukul dengan kabar kematian Amy Winehouse pada 23 Juli 2011. Amy meninggal dunia terbaring di kamar tidur di dalam rumahnya (apartemen -red.) di wilayah Camden, London, Inggris, saat menjelang sore. Tak lama kemudian, pihak kepolisian London mengkonfirmasi kematian Amy.
Berbagai spekulasi muncul terkait dengan kematian Amy, salah satunya adalah overdosis penggunaan obat-obatan dan zat psikotropika. Namun isu ini dibantah oleh Mitch, ayah Amy. Menurutnya, Amy sudah bisa berlepas diri dari kecanduan obat-obatan sejak 3 tahun sebelumnya, dan Amy sangat senang dengan progres itu.
Belakangan, pihak otoritas Inggris menyatakan Amy meninggal karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Saat kematiannya, pihak forensik mendapati adanya kandungan alkohol dalam tubuh Amy, yang lima kali lebih banyak dari batas konsumsi yang diizinkan saat berkendara.
Di dalam sebuah kesempatan, penyanyi dan pencipta lagu, Lily Allen, memberi kritik tentang komentar miring terhadap sosok Amy Winehouse, “saya sangat mengenal Amy Winehouse, dan sangat berbeda dengan apa yang digambarkan orang-orang. Ya, dia memang terkadang di luar kendali akibat obat-obatan, tapi, di sisi lain, dia juga orang yang sangat piawai, cerdas, dan humoris. Hanya saja, kalian tidak (mau -red.) melihat sisi yang itu.” (FK)